Jumat, 11 September 2015

Hukum Ucapan InsyaAllah

Bismillah

APAKAH DIPERBOLEHKAN MENGUCAPKAN “in syaa Allah” ATAS PERBUATAN YANG TELAH SELESAI DILAKUKAN?
 ﻫﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﻗﻮﻝ : ‏( ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ‏) ﻋﻠﻰ ﻋﻤﻞ ﻗﺪ ﺗﻢ
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah
______________________________________

 السؤال :
ﺳﻤﻌﺖ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻳﻘﻮﻝ : ﺇﺫﺍ ﻓﻌﻠﺖ ﻋﻤﻼ ﻛﺎﻟﺼﻼﺓ ﺃﻭ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﺃﻭ ﺃﻱ ﻋﻤﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﻭ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺳﺌﻠﺖ : ﻫﻞ ﺻﻠﻴﺖ ﺃﻭ ﺻﻤﺖ ﻻ ﺗﻘﻞ : ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ، ﺑﻞ ﻗﻞ : ﻧﻌﻢ؟ ﻷﻧﻚ ﻋﻤﻠﺖ ﻓﻌﻼ . ﻓﻤﺎ ﺭﺃﻳﻜﻢ؟
 الجواب :
ﻫﺬﺍ ﻓﻴﻪ ﺗﻔﺼﻴﻞ، ﺃﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﻓﻼ ﻣﺎﻧﻊ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻴﺖ، ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻤﺖ؛ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻫﻞ ﻛﻤﻠﻬﺎ ﻭﻗﺒﻠﺖ ﻣﻨﻪ ﺃﻡ ﻻ.
ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻮﻥ ﻳﺴﺘﺜﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﺇﻳﻤﺎﻧﻬﻢ ﻭﻓﻲ ﺻﻮﻣﻬﻢ؛ ﻷﻧﻬﻢ ﻻ ﻳﺪﺭﻭﻥ ﻫﻞ ﺃﻛﻤﻠﻮﺍ ﺃﻡ ﻻ، ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﻢ : ﺻﻤﺖ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻳﻘﻮﻝ : ﺃﻧﺎ ﻣﺆﻣﻦ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ .
ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﺸﻴﺌﺔ ﻣﺜﻞ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ﺑﻌﺖ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ – ﻓﻬﺬﺍ ﻻ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺫﻟﻚ، ﺃﻭ ﻳﻘﻮﻝ : ﺗﻐﺪﻳﺖ ﺃﻭ ﺗﻌﺸﻴﺖ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﻬﺬﺍ ﻻ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻛﻠﻤﺔ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ؟ ﻷﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻻ ﺗﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺸﻴﺌﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻋﻨﻬﺎ؛ ﻷﻧﻬﺎ ﺃﻣﻮﺭ ﻋﺎﺩﻳﺔ ﻗﺪ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﻭﺍﻧﺘﻬﻰ ﻣﻨﻬﺎ،
ﺑﺨﻼﻑ ﺃﻣﻮﺭ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻫﻞ ﻭﻓﺎﻫﺎ ﺃﻡ ﺑﺨﺴﻬﺎ ﺣﻘﻬﺎ، ﻓﺈﺫﺍ ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻬﻮ ﻟﻠﺘﺒﺮﻙ ﺑﺎﺳﻤﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺍﻟﺤﺬﺭ ﻣﻦ ﺩﻋﻮﻯ ﺷﻲﺀ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻗﺪ ﺃﻛﻤﻠﻪ ﻭﻻ ﺃﺩﺍﻩ ﺣﻘﻪ .
 http://www.binbaz.org.sa/node/1862
______________________________________
 Pertanyaan:
 Aku mendengar sebagian orang mengatakan, “Jika engkau telah melakukan suatu amalan seperti shalat, puasa dan amalan lain yang diperintahkan agama atapun perbuatan yang menyangkut urusan dunia, lalu engkau ditanya, apakah engkau sudah shalat? Apakah engkau sudah puasa? Maka janganlah menjawab, “In syaa Allah”. Tapi katakanlah, “Ya.” Karena engkau telah selesai melakukannya. Apa pendapat Anda?
 Jawaban:
 Permasalahan ini perlu di rinci. Mengucapkan in syaa Allah pada masalah ibadah tidaklah dilarang seperti ucapan” In syaa Allah saya telah shalat, in syaa Allah saya telah puasa.” Karena seseorang tidaklah tahu apakah ibadahnya tersebut telah sempurna dan diterima Allah ataukah tidak.
Orang-orang beriman terdahulu mengucapkan in syaa Allah pada keimanan mereka dan ibadah puasa mereka. Karena mereka tidak mengetahui apakah mereka telah menyempurnakan ibadah tersebut ataukah tidak? Salah seorang diantara mereka mengatakan, “Saya telah puasa in syaa Allah.” Ada yang mengatakan, ”Saya beriman in syaa Allah.”.
 Adapun selain ibadah tidak perlu ucapan in syaa Allah seperti kalimat, “Saya telah membeli in syaa Allah”, “Saya telah makan siang in syaa Allah”, “Saya telah makan malam in syaa Allah”, ini semua tidak perlu. Karena menyampaikan berita tentang perkara yang bukan ibadah seperti diatas tidak butuh akan masyiah (kehendak Allah). Karena perkara tersebut adalah kebiasaan, telah dikerjakan dan telah selesai.
↔ Hal ini tentu berbeda dengan perkara ibadah dimana seseorang tidaklah tahu apakah dia telah menunaikannya dengan sempurna ataukah banyak kekurangannya? Maka ucapan in syaa Allah ini sebagai tabarruk (mengharapkan barakah) dengan nama Allah subhanah dan berhati-hati dalam mengklaim sesuatu yang belum tentu sempurna dan ditunaikan kewajibannya.
______________________________________
✍ Syabab Ashhabus Sunnah
➧Untuk fawaaid lainnya bisa kunjungi website kami:
 http://www.ittibaus-sunnah.net
◉ ◈ ◉ ◈ ◉ ◈ ◉ ◈ ◉ ◈ ◉
 أصحاب السنة
ASHHABUS SUNNAH✪
—————–
turut menyebarkan: syarhus sunnah lin nisaa`
Sumber : https://catatanmms.wordpress.com/2015/08/11/hukum-ucapan-insya-allah/

ISTIGHFAR DAN TATA CARANYA


Bismillah
ISTIGHFAR DAN TATA CARANYA


 

Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullaah
Terangkan pada kami tentang istighfar, bentuknya, tata caranya, dan berapa bilangan yang sebaiknya kami ucapkan dalam sehari? Hal itu karena manusia menyadari bahwasanya dirinya mempunyai kekurangan dan sering berbuat dosa besar, dan terluput darinya sekian banyak amalan shalih.
 Jawaban:
Istighfar adalah perkara yang diperintahkan dan disyariatkan. Dan manusia terhadap istighfar sangat membutuhkannya.
 Allah berfirman:
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan minta ampunlah kalian pada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”*1
 Allah juga berfirman:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
” Dan orang-orang yang apabila mereka berbuat keji atau mendhalimi diri mereka sendiri, mereka mengingat Allah. Lalu mereka meminta ampun atas dosa-dosa mereka”**2
 Maka setiap mukmin diperintahkan untuk beristighfar di seluruh waktunya. Dan sungguh dahulu Nabi shallallaahu ‘alayhi wa sallam memperbanyak beristighfar, padahal beliau adalah penghulu/pemimpin anak Adam. Allah juga telah mengampuni dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang.
 Bersamaan dengan itu, beliau memperbanyak beristighfar pada Allah dan bersabda:
“Demi Allah sungguh aku beristighfar pada Allah dalam sehari semalam lebih dari 70 kali.”***3
Beliau juga bersabda:
“Wahai manusia bertaubatlah kalian pada Rabb kalian! Sungguh aku bertaubat padaNya dalam sehari semalam 100 kali”
4**** shallallaahu ‘alayhi wa sallam.
 Maka istighfar adalah perkara yang dituntut. Seyogyanya bagi kaum Mu’minin dan Mu’minat untuk memperbanyak istighfar. Adapun bentuknya, dia (bisa) mengucapkan:”

Astaghfirullaah…Astaghfirullaah…”
setiap selesai shalat tiga kali setelah salam setelah shalat wajib.
Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam dahulu melakukannya*****5
“Astaghfirullaah…Astaghfirullaah…Astaghfirullaah…”
 Apabila dia mengucapkan di setiap waktunya:
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي
“Ya Allah ampunilah aku”
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي ذُنُوبِي
“Ya Allah ampunilah dosa-dosaku”
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ إِلَيْه
ِ
“Aku meminta ampun pada Allah yang Maha Agung yang tidak sesembahan yang hak kecuali Dia, Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri dan aku bertaubat padaNya”
Semuanya baik. Yang dikehendaki adalah meminta ampunan dengan bentuk apapun
رَبِّي اغْفِرْلِي
“Rabbku ampunilah aku”
Atau
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي
“Ya Allah ampunilah aku”
Atau
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي ذُنُوبِي
“Ya Allah ampunilah dosa-dosaku”
Atau
اللَّهُمَّ إِنِي أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتوبُ إِلَيْكَ
“Ya Allah sesungguhnya aku meminta ampun pada bertaubat padaMu”
Atau
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ إِلَيْهِ
“Aku meminta ampun pada Allah yang Maha Agung yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia, Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri dan aku bertaubat padaNya”
Semua ini baik.
 Dan diantara doa beliau-shallallaahu ‘alayhi wa sallam dalam hadits yang shahih:
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي خَطِيئَتِي وَ جَهْلِي وَ إِسْرَافِي فِي أَمْرِي وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي جِدِّي وَ هَزْلِي وَخَطَإِي وَ عَمْدِي وَ كُلُّ ذٰلِكَ عِنْدِي اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَ أَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَ أَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Ya Allah ampunilah kesalahan-kesalahanku, kebodohanku, perbuatan berlebihan dalam urusanku, dan dosa-dosa yang Engkau lebih mengetahuinya dariku. Ya Allah ampunilah aku dalam keseriusan dan candaku, kekeliruan dan kesengajaanku, dan semua itu ada padaku. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku yang lalu, yang akan datang, yang kusembunyikan, yang kutampakkan, dan yang Engkau lebih mengetahuinya dariku, Engkau yang Maha Terdahulu, Maha Kemudian, dan Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu”******6
Diantara istighfar beliau:
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَ أَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah ampunilah dosa-dosaku yang lalu, yang akan datang, yang kusembunyikan, yang kutampakkan, perbuatanku yang berlebihan, dan dosa-dosa yang Engkau lebih mengetahuinya dariku. Engkau Maha Terdahulu dan Engkau Maha Kemudian. Tiada sesembahan yang haq kecuali Engkau*******7
 Dan penghulu istighfar yang Nabi shallallaahu ‘alayhi wa sallam menghasung untuk membacanya yaitu:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَ أَنَاْ عَبْدُكَ وَ أَنَاْ عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ إِلَيْكَ بِنِعْمَتِكَ الْعَظِيمَةِ وَ أَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah Engkaulah Rabbku, tiada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkau telah menciptakan aku. Aku adalah hambaMu. Aku di atas ikrar dan perjanjian denganMu (berusaha melakukan) semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan perbuatanku. Aku mengakui kepadaMu akan nikmat-nikmatMu yang besar. Dan aku mengakui akan dosaku maka ampunilah aku karena tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali hanya Engkau.”
Jika seseorang mengucapkannya di pagi hari dalam keadaan beriman dan yakin dengan kandungannya, pasti masuk Jannah.
Dan jika mengucapkannya pada sore hari dan mati di atasnya (beriman dan yakin dengan kandungannya-pent), pasti dia masuk Jannah.
 Maka ini adalah keutamaan yang besar yang disebut dengan Sayyidul Istighfar. Yakni pemimpin dan seutama-utamanya istighfar:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَ أَنَاْ عَبْدُكَ وَ أَنَاْ عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ إِلَيْكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ أَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ********8
Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan.
——————————————
Catatan kaki:
1*al-Muzzammil:20
2**Ali ‘Imran:135
3***H.R. al-Bukhari dari Abu Hurairah dengan lafazh:
والله إني لأستغفر الله وأتوب إليه في اليوم أكثر من سبعين مرة
Tanpa menyebut: الليلة
4**** H.R. Ahmad dengan lafazh:
يآأيهاالناس توبوا إلى الله واستغفروه فإني أتوب إلى الله واستغفره في كل يوم مائة مرة
Dishahihkan al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah 3/453
5***** Hadits riwayat Ahmad dan Muslim dari Tsauban radliyallaahu ‘anhu: dahulu apabila Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam telah selesai dari shalatnya, beliau membaca istighfar 3 kali. Lalu beliau membaca:
اللهم أنت السلام ومنك السلام تباركت يا ذا الجلال والإكرام
Dishahihkan al-Albani rahimahullaah dalam Shahihul Jami’ish Shaghir 4688
6****** Muttafaqun ‘alayhi dari Abu Musa al-Asy’ari radliyallaahu ‘anhu
7******* Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad dan Imam Ahmad dalam musnadnya. Dishahihkan al-Albani rahimahullaah dalam Silsilah ash-Shahihah 2944.
8******** H.R. Al-Bukhari, An-Nasa’i dan At-Tirmidzi. Diantara lafazhnya yang masyhur:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَ أَنَاْ عَبْدُكَ وَ أَنَاْ عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ أَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
 Edisi Bahasa ‘Arab
الإستغفار و كيفيته
ﺣﺪﺛﻮﻧﺎ ﻋﻦ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻭﻋﻦ ﺻﻴﻐﺘﻪ ﻭﻋﻦ ﻛﻴﻔﻴﺘﻪ، ﻭﻋﻦ
ﻋﺪﺩ ﺍﻟﻤﺮﺍﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﻧﻘﻮﻟﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ؛ ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ
ﻳﺸﻌﺮ ﺃﻧﻪ ﻣﻘﺼﺮ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺪ ﺃﺫﻧﺐ ﺫﻧﺒﺎً ﻋﻈﻴﻤﺎً ﻭﻓﺎﺗﻪ
ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ؟
الجواب:
ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻣﺄﻣﻮﺭ ﺑﻪ ﻭﻣﺸﺮﻭﻉ، ﻭﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ
ﺇﻟﻴﻪ ﺷﺪﻳﺪﺓ، ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ: ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﺍْ ﺍﻟﻠّﻪَ ﺇِﻥَّ
ﺍﻟﻠّﻪَ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺭَّﺣِﻴﻢٌ، ﻭﻳﻘﻮﻝ ﺟﻞ ﻭﻋﻼ : ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﻌَﻠُﻮﺍْ
ﻓَﺎﺣِﺸَﺔً ﺃَﻭْ ﻇَﻠَﻤُﻮﺍْ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﺫَﻛَﺮُﻭﺍْ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔَﺮُﻭﺍْ ﻟِﺬُﻧُﻮﺑِﻬِﻢْ
ﻓﺎﻟﻤﺆﻣﻦ ﻣﺄﻣﻮﺭ ﺑﺎﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﻭﻗﺎﺕ، ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ
ﺍﻟﻨﺒﻲ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻳﻜﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻭﻫﻮ
ﺳﻴﺪ ﻭﻟﺪ ﺁﺩﻡ، ﻗﺪ ﻏﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺫﻧﺒﻪ ﻭﻣﺎ
ﺗﺄﺧﺮ، ﻭﻣﻊ ﻫﺬﺍ ﻳﻜﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻭﻳﻘﻮﻝ : ‏( ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ
ﻷﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻭﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺳﺒﻌﻴﻦ ﻣﺮﺓ‏)
ﻭﻳﻘﻮﻝ : ‏(ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺗﻮﺑﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺭﺑﻜﻢ ﻓﺈﻧﻲ ﺃﺗﻮﺏ ﺇﻟﻴﻪ
ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻣﺎﺋﺔ ﻣﺮﺓ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ‏)ﻓﺎﻻﺳﺘﻐﻔﺎر ﺃﻣﺮٌ ﻣﻄﻠﻮﺏ، ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﻟﻠﻤﺆﻣﻦ ﻭﺍﻟﻤﺆﻣﻨﺔ ﺍﻹﻛﺜﺎﺭ ﻣﻦ
ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ، ﻭﺻﻴﻐﺔ ﺫﻟﻚ ﻳﻘﻮﻝ ” ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ.. ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ
ﺍﻟﻠﻪ ” ﺑﻌﺪ ﻛﻞ ﺻﻼﺓ ﺛﻼﺙ ﻣﺮﺍﺕ ﺇﺫﺍ ﺳﻠﻢ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻔﺮﻳﻀﺔ
ﻛﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻳﻔﻌﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ” ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ
ﺍﻟﻠﻪ.. ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ .. ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ” ، ﻭﺇﺫﺍ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ
ﺍﻷﻭﻗﺎﺕ “ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ، ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﺫﻧﻮﺑﻲ، ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ
ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﻲ ﺍﻟﻘﻴﻮﻡ ﻭﺃﺗﻮﺏ
ﺇﻟﻴﻪ ” ﻛﻠﻪ ﻃﻴﺐ، ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻳﻄﻠﺐ ﺍﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﺑﺄﻱ ﺻﻴﻐﺔ
” ﺭﺑﻲ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ، ﺃﻭ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ، ﺃﻭ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ
ﺫﻧﻮﺑﻲ، ﺃﻭ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺃﺳﺘﻐﻔﺮﻙ ﻭﺃﺗﻮﺏ ﺇﻟﻴﻚ، ﺃﻭ ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ
ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﻲ ﺍﻟﻘﻴﻮﻡ ﻭﺃﺗﻮﺏ
ﺇﻟﻴﻪ ” ﻛﻞ ﻫﺬﺍ ﻃﻴﺐ، ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺩﻋﺎﺋﻪ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ – ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ : ‏(ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﺧﻄﻴﺌﺘﻲ
ﻭﺟﻬﻠﻲ ﻭﺇﺳﺮﺍﻓﻲ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻱ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﺃﻋﻠﻢ ﺑﻪ ﻣﻨﻲ،
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﺟﺪﻱ ﻭﻫﺰﻟﻲ ﻭﺧﻄﺄﻱ ﻭﻋﻤﺪﻱ ﻭﻛﻞ ﺫﻟﻚ
ﻋﻨﺪﻱ، ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﺖ ﻭﻣﺎ ﺃﺧﺮﺕ ﻭﻣﺎ ﺃﺳﺮﺭﺕ
ﻭﻣﺎ ﺃﻋﻠﻨﺖ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﺃﻋﻠﻢ ﺑﻪ ﻣﻨﻲ، ﺃﻧﺖ ﺍﻟﻤﻘﺪﻡ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﻤﺆﺧﺮ ﻭﺃﻧﺖ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻲﺀ ﻗﺪﻳﺮ‏) ، ﻭﻣﻦ ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭﻩ
‏(ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﺖ ﻭﻣﺎ ﺃﺧﺮﺕ ﻭﻣﺎ ﺃﺳﺮﺭﺕ ﻭﻣﺎ
ﺃﻋﻠﻨﺖ ﻭﻣﺎ ﺃﺳﺮﻓﺖ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﺃﻋﻠﻢ ﺑﻪ ﻣﻨﻲ، ﺃﻧﺖ ﺍﻟﻤﻘﺪﻡ
ﻭﺃﻧﺖ ﺍﻟﻤﺆﺧﺮ، ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ‏) ، ﻭﺳﻴﺪ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺣﺚ
ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻭﻫﻮ: ‏(ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ
ﺭﺑﻲ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ ﺧﻠﻘﺘﻨﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﻋﺒﺪﻙ ﻭﺃﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪﻙ
ﻭﻭﻋﺪﻙ ﻣﺎ ﺍﺳﺘﻄﻌﺖ، ﺃﻋﻮﺫ ﺑﻚ ﻣﻦ ﺷﺮ ﻣﺎ ﺻﻨﻌﺖ، ﺃﺑﻮﺀ
ﺇﻟﻴﻚ ﺑﻨﻌﻤﺘﻚ ﺍﻟﻌﻈﻴﻤﺔ، ﻭﺃﺑﻮﺀ ﺑﺬﻧﺒﻲ ﻓﺎﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ
ﻳﻐﻔﺮ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ‏) ﺇﺫﺍ ﻗﺎﻟﻬﺎ ﺻﺒﺎﺣﺎً ﻣﺆﻣﻨﺎً ﻣﻮﻗﻨﺎً
ﺑﺬﻟﻚ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ، ﻭﺇﺫﺍ ﻗﺎﻟﻬﺎ ﻣﺴﺎﺀً ﻭﻣﺎﺕ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ
ﺩﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ، ﻓﻬﺬﺍ ﻓﻀﻞ ﻋﻈﻴﻢ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﺳﻴﺪ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ،
ﻳﻌﻨﻲ ﺭﺋﻴﺲ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻭﺃﻓﻀﻠﻪ ‏(ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ ﺭﺑﻲ ﻻ ﺇﻟﻪ
ﺇﻻ ﺃﻧﺖ ﺧﻠﻘﺘﻨﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﻋﺒﺪﻙ ﻭﺃﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪﻙ ﻭﻭﻋﺪﻙ ﻣﺎ
ﺍﺳﺘﻄﻌﺖ، ﺃﻋﻮﺫ ﺑﻚ ﻣﻦ ﺷﺮ ﻣﺎ ﺻﻨﻌﺖ، ﺃﺑﻮﺀ ﺇﻟﻴﻚ
ﺑﻨﻌﻤﺘﻚ ﻋﻠﻲ، ﻭﺃﺑﻮﺀ ﺑﺬﻧﺒﻲ ﻓﺎﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻐﻔﺮ
ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ‏). ﺟﺰﺍﻛﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮﺍ
Sumber:http://www.binbaz.org.sa/mat/11434
Alih bahasa dan catatan kaki:
Thuwailibul Ilmisy Syar’i (TwIS)
Muraja’ah:
Al-Ustadz Syafi’i al-‘Aydarus
Al-Ustadz Kharisman Hafizhahumallaah
—————-
turut menyebarkan: syarhus sunnah lin nisaa`