Dengan izin ALLAH SWT yang selalu memberikan ilmu-ilmuNya yang luas terhadap mahluk-mahlukNya. Dengan memuji dan mengharapkan ridhoNya, ilmu tentang tafsir Al-Qur'an Surat An-Nisa : 59 dari Ibnu Katsir.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 59:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu”. (Q.S An-Nisaa : 59)
Al Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan
makna ayat di atas bahwasanya Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
ia berkata tentang firman Allah: “Taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya)
dan Ulil Amri diantara kamu”. Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah
bin Hudzafah bin Qais bin ‘Adi, ketika diutus oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di dalam satu pasukan khusus. Demikianlah
yang dikeluarkan oleh seluruh jama’ah kecuali Ibnu Majah.
Imam Ahmad meriwayatkan
dari ‘Ali, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
mengutus satu pasukan khusus dan mengangkat salah seorang Anshar menjadi
komandan mereka. Tatkala mereka telah keluar, maka ia marah kepada
mereka dalam suatu masalah, lalu ia berkata: “Bukankah Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kalian untuk mentaatiku?”
Mereka menjawab: “Betul”. Dia berkata lagi: “Kumpulkanlah untukku kayu
bakar oleh kalian”. Kemudian ia meminta api, lalu ia membakarnya, dan ia
berkata: “Aku berkeinginan keras agar kalian masuk ke dalamnya”. Maka
seorang pemuda diantara mereka berkata: “Sebaiknya kalian lari menuju
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari api ini. Maka jangan
terburu-buru (mengambil keputusan) sampai kalian bertemu dengan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Jika beliau perintahkan kalian
untuk masuk ke dalamnya, maka masuklah”. Maka Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam pun bersabda kepada mereka: ‘Seandainya kalian
masuk ke dalam api itu niscaya kalian tidak akan keluar lagi
selama-lamanya. Ketaatan itu hanya pada yang ma’ruf’. (Dikeluarkan dalam kitab Ash-Shahihain dari hadits al-A’masy)
Abu Dawud meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Dengar
dan taat adalah kewajiban seorang muslim, suka atau tidak suka, selama
tidak diperintah berbuat maksiat. Jika diperintahkan berbuat maksiat,
maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat”. (Dikeluarkan pula oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Yahya al-Qaththan)
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata: “Kami
dibai’at oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam untuk mendengar
dan taat diwaktu suka dan tidak sukanya kami dan diwaktu sulit dan
mudahnya kami, serta diwaktu diri sendiri harus diutamakan dan agar kami
tidak mencabut kekuasaan dari penguasa, beliau bersabda: ‘Kecuali kalian
melihat kekafiran yang nyata dan kalian memiliki bukti jelas dari
Allah’. (Dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berdabda: “Barangsiapa
yang melihat pada pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya, maka
bersabarlah. Karena tidak ada seseorang yang keluar dari jama’ah
sejengkalpun, lalu ia mati, kecuali ia mati dalam keadaan jahiliyah”. (Dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa
yang melepaskan tangannya dari ketaatan, niscaya ia akan berjumpa
dengan Allah pada hari kiamat tanpa hujjah. Dan barangsiapa yang mati
sedangkan di lehernya tidak ada bai’at, niscaya ia mati dengan kematian
jahiliyyah”. (Muslim)
Didalam hadits shahih yang telah disepakati pula,
yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang taat
kepadaku, maka berarti ia taat kepada Allah. Dan barangsiapa yang
bermaksiat kepadaku, maka ia berarti bermaksiat kepada Allah.
Barangsiapa yang mentaati amirku, maka ia berarti mentaatiku. Dan
barangsiapa yang bermaksiat kepada amirku, maka ia bermaksiat kepadaku”.
Ibnu Katsir selanjutnya menjelaskan bahwa “ini semua
adalah perintah untuk mentaati ulama dan umara. Untuk itu Allah
berfirman: “Taatlah kepada Allah”, yaitu ikutilah Kitab-Nya. “Dan
taatlah kepada Rasul”, yaitu peganglah sunnahnya. “Dan Ulil Amri di
antara kamu”. Yaitu pada apa yang mereka perintahkan kepada kalian dalam
rangka taat kepada Allah, bukan dalam maksiat kepada-Nya. Karena tidak
berlaku ketaatan kepada mahluk dalam rangka maksiat kepada Allah”.
[Dikutip dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 hal. 343, cet. Pustaka Imam as-Syafi'i]
sumber : http://buahatiku.wordpress.com/2007/07/30/surat-an-nisaa-ayat-59/
sumber : http://buahatiku.wordpress.com/2007/07/30/surat-an-nisaa-ayat-59/
Artikel anda bagus
BalasHapusJazakallah khoiron.
BalasHapuskeren mbak artikelnya, sangat bermanfaat !!!!
BalasHapus